Kamis, 26 Januari 2012

akhwat sejati pengantar ke syurga

akhwat” apa sih yang akan ada di fikiran kita ketika mendengarkan kata itu? Mungkin pendapat
yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, ada yang mengatakan bahwa
akhwat adalah seorang wanita yang sukanya menggunakan jilbab besar,
lalu ada juga yang mengatakan bahwa akhwat adalah seorang aktivis
keislaman, atau bahkan ada juga yang mengatakan bahwa akhwat adalah
wanita yang bercadar. Itu semua adalah pendapat-pendapat tentang akhwat
yang sering kita dengar di kalangan masyarakat.
Terlepas dari pendapat itu semua, maka yang sesungguhnya akhwat adalah
adalah saudara wanita yang telah bergeser maknanya menurut kebanyakan
orang indonesia, menjadi saudara wanita Muslim karena kata “akhwat”
berasal dari bahasa arab dan identik digunakan oleh para wanita di
kalangan aktivis Islam di indonesia.

Mungkin menjadi seorang akhwat sekarang ini bukan hal yang tabu lagi, malahan sekarang akhwat banyak diidam-idamkan oleh seorang wanita yang ingin menjadi muslimah yang kafah. Apalagi ikhwan, wah
sudah pasti dong ingin mempunyai pasangan hidup seorang akhwat yang
taat beribadah, penyantun, ramah, dan lain sebagainya. Sehingga bisa
menjadi partner sejatinya hingga di syurga kelak (wiih dalam ya
kata-katanya he…)

Lalu
timbul dibenak ikhwan tentang akhwat seperti apa sih yang membawanya ke
depan pintu syurga nanti? Kemudian seorang akhwat pun akan timbul dalam
benaknya juga sebuah pertanyaan, "Wah.. apakah
saya termasuk?” mungkin itu adalah sebuah pertanyaan yang sebagian
kecil menggambarkan rasa ingin mengetahui tentang akhwat yang
diidam-idamkan terebut, karena Allah SWT. menciptakan makhluk-Nya yang
bernama wanita ini sungguh istimewa dan luar biasa, sehingga dengan
adanya keistimewaan inilah yang menjadikan wanita mempunyai ada dua
kubu, yaitu kubu pertama, wanita yang mensyukuri nikmat yang berikan
oleh Allah SWT. dengan cara bertaqwa kepada-Nya, inilah embrionya
akhwat yang sejati, dan kubu yang kedua adalah wanita yang belum mau
untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. yang di berikan kepadanya dengan
cara melakukan hal-hal yang dimurkai oleh Allah SWT. na’udzubillah.

Ada beberapa ciri-ciri atau kriteria untuk menjadi akhwat sang pengantar ke pintu syurga:

01. Ta’at kepada Allah SWT. dan ta’at kepada Rasul-Nya

“Katakanlah:
“Ta’at kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling
maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan
kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang
dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu
mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."

Sudah
semestinya lah seorang akhwat benar-benar ta’at kepada Allah SWT.,
ta’at ini bisa diapresiasikan dengan mencintai Allah SWT. melebihi
cintanya kepada yang lainnya, patuh menjalankan apa yang dilarang dan
diperintahkan oleh-Nya, dan senantiasa memegang amanah yang diberikan
oleh Allah SWT. terhadap dirinya, sehingga tidak menjadikan dirinya
sombong dan membanggakan diri, ia selalu siap dan langsung memenuhi
ketika surat cinta dari Allah SWT. yaitu al-Qur’an memerintahkan suatu
hal dan juga menghindari serta memfilter dirinya dari segala hal yang
di larang-Nya. Ia selalu mencurahkan hatinya kepada Allah SWT. dengan
deraian air mata yang menghiasi wajahnya ketika kebanyakan orang
terlelap tidur, bibirnya tidak pernah kering karena dibasahi oleh
dzikir kepada Allah SWT., dan ia pun akan selalu menyerahkan dirinya
kepada Allah SWT..

Kemudian
taat kepada Rasulullah Saw., seorang akhwat haruslah ta’at kepada
Rasulullah Saw. dengan cara menteladani apa yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw., ia selalu berusaha untuk seperti Rasulullah Saw. baik
ucapan, tindakan ataupun yang lainnya, sehingga terpatri dalam benaknya
untuk selalu menjalankan sunnah Rasulullah Saw., ia tak pernah lupa
membaca shalawat kepada Nabi setiap saat, dan selalu membaca hadits
Nabi Saw. yang nantinya akan diamalkan dikehidupannya.

Ingatkah
dengan perkataan “bergaul dengan tukang minyak wangi akan mendapatkan
wanginya, sedangkan bergaul dengan tukang pandai besi akan mendapatkan
panasnya” dari sini kita akan terbayang, bahwa akhwat yang dapat
mengantarkan ikhwan ke pintu gerbang syurga adalah seorang akhwat yang
ta’at dan dekat kepada Allah SWT. serta akhwat yang meneladani
Rasulullah Saw. sebagai akhlaknya, karena akhwat seperti ini lah yang
akan memberikan wangian kepada ikhwan sehingga ikhwan pun akan berusaha
ta’at kepada Allah SWT. dan ta’at kepada Rasulullah Saw..

02. Penyabar

Sabar
dalam bahasa Arab artinya lapang dada menerima kepahitan, kesulitan dan
rintangan tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seseorang menggerutu
menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia
dikatakan tidak sabar.

Bisa
banyangkan jika ada seorang wanita yang penyabar dan penyantun di
hadapan kita, penuh dengan ketenangan, sorot wajahnya yang begitu penuh
dengan makna, maka hati kita pun akan melihat kerendahan hatinya yang
akan membuat kita menghormatinya. Ketika ia mendapatkan rizki dari
Allah SWT. maka tak lain yang keluar dari ucapannya hanyalah kata
bersyukur kepada Allah SWT., tetapi ketika ia di timpa sebuah musibah
maka dia akan tabah menajalaninya dengan berhusnudzan kepada Allah
SWT., ia yakin di dalam hatinya bahwa apa yang di datangkan dari Allah
SWT. adalah sebuah amanah yang harus ia jaga baik-baik dan jangan
sampai amanah itu kehilangan jati dirinya, contohnya ketika seseorang
itu diuji oleh Allah SWT. dengan suatu cobaan tetapi ia tidak bersabar
dan tabah maka yang hanya didapatkannya adalah kesengsaraan dan
tersiksa batinnya karena yang ada di dalam kalbunya hanyalah suudzan
kepada Allah SWT. padahal sifat ini sangat tercela apalagi sifat
suudzan ini dinisbatkan kepada Allah SWT. Sang Maha Pencipata, semoga
kita terlindung dari sifat yang demikian.

Banyak
orang sulit untuk bersabar, bersabar bukan berarti takut ataupun pasrah
tanpa adanya usaha, tetapi sabar di sini adalah sabar yang penuh dengan
keyakinan dan tak ada rasa takut ataupun pasrah, sebenarnya apa yang
dikatakan oleh kebanyakan orang bahwa “kesabaran
ada batasnya” ini sebenarnya bukan sabar, tetapi lebih condong kepada
sabar yang disabar-sabarkan, sehingga ketika kesabaran sudah habis maka
marahnya sangat memuncak, bagaikan kita menanak air dengan diberi tutup
maka ketika tutup itu di buka lalu asap pun banyak dan menimbulkan hawa panas,
begitu pula dengan sabar yang disabar-sabarkan yang akan berakibat
kemarahan yang sangat besar. Sabar yang sesungguhnya adalah ada di
dalam hati kita, sabar yang tanpa batas dan tanpa waktu, yang akan
melahirkan sebuah akhlak karimah yang rendah hati, baik, dan tidak
menyombongkan diri.

Begitulah
seharusnya seorang akhwat sang pengantar ke pintu syurga dalam hubungan
horizontal ia bersabar dan juga dalam hubungan vertikal ia pun bersabar
oleh karena itu dalam menjalankan kehidupannya yang penuh dengan lika-liku dan berbagai episode dikelilingi oleh kebahagiaan dan karunia hati yang sungguh mempesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar